Mati Itu Pasti

Bandar lampung, Februari 2021

Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua mahluk hidup pada akhirnya akan mati. secara permanen baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Seperti yang tertuang dalam Al Quran surat Al Anbiya ayat 35 bahwa “ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”.

Kematian merupakan salah satu rahasia Allah SWT yang telah ditentukan kepada tiap-tiap makhluk yang bernyawa. Bila ajal telah tiba tak seorang pun yang bisa menolak atau minta ditangguhkan barang sesaat pun. Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Al Hijr ayat 5 ” Tidak ada satu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula mengundurkannya ”.

Selama ini tidak sedikit orang yang menganggap bahwa kematian adalah sebuah kemalangan, nasib buruk dan puncak sebuah kesusahan atau pergumulan. Oleh karenanya bagi sebagian orang kematian di anggap sebagai “momok” yang sangat menakutkan.

Kemegahan dunia seringkali menggoda dan melalaikan manusia untuk mengingat mati. Maka, lahirlah manusia berperilaku seperti  hewan, menghalalkan segala cara untuk kepuasan nafsu syahwatnya, termasuk korupsi, kolusi, dan nepotisme yang cukup merugikan dirinya dan orang lain. Apalagi bila didukung fasilitas yang maju dan modern, manusia semakin jauh dari tujuan diciptakannya. Seperti dengan hadirnya gadget, orang tidak lagi ingat dengan ibadah. Mereka sibuk dengan dunia barunya hingga melupakan hidup yang sebenar-benarnya. Allah berfirman: ”Bermegah-megahan (dalam hal harta, pangkat, pengikut, dan kemuliaan) telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu) dan janganlah begitu kelak kamu akan mengetahui.” (QS At Takatsur: 1-4).

Banyak manusia yang tidak sadar bahwa waktu-waktu yang telah berlalu adalah langkah pasti menuju ketentuan Allah, yakni: kematian! Karena tidak disadari kedatangannya, seringkali kematian dianggap terlalu cepat, mendadak, dan di luar perkiraan. Banyak manusia yang ketika dicabut nyawanya sedang dalam kondisi ”mabuk terhadap kenikmatan dunia”, misalnya sedang berbuat zina, mencuri, mabuk, dan perbuatan dosa lainnya. Ini semua bisa terjadi lantaran manusia sudah tidak ingat lagi akan kematian seolah-olah hidup ini abadi.

Padahal, dengan datangnya kematian maka tidak ada artinya lagi kemewahan di dunia ini. Sebab, kematian berarti berhentinya segala nikmat yang sedang dirasakan manusia dan terpisahnya manusia dengan anak, keluarga, pangkat, harta, dan segala apa yang ada di dunia. Oleh karena itu, alangkah baiknya bila kematian ( baik saudara, anak, tetangga, atau teman, dan bahkan orang lain ) bisa dijadikan sebagai penasihat dan pengingat yang ampuh hingga manusia tidak akan lupa diri terhadap hak dirinya dan hak kepada penciptanya.

Dengan demikian tidak akan ada kematian jika tidak ada kehidupan, dan jika kita dapat menerima kehidupan dengan kegembiraan maka tidak bisa tidak kita juga di minta untuk dapat menerima kematian dengan keikhlasan.