MTsN 1 Bandar Lampung; Kegiatan Produksi Rekaman Hadroh di TVRI

Plt Kepala Menugaskan Guru Mendampingi Siswa Produksi Rekaman Hadroh

Bandar Lampung, 14 Maret 2024 – Siti ROMLAH M.Pd.l., Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Bandar Lampung, telah mengeluarkan surat tugas bernomor B-139/Mts.08.01/KP.02.3/03/2024. Dalam surat tersebut, Plt Kepala MTs Negeri 1 Bandar Lampung memberikan tugas kepada beberapa staf dan pengajar untuk mendampingi siswa dalam kegiatan produksi rekaman Hadroh, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan bulan Ramadan.

Tugas ini diberikan kepada:

  1. WINARNO S.Pd
  2. IRTA RIZKA, S.Ag
  3. SEPTI ANDRIATI, S.Ag
  4. MUHAMMAD AHFA FAIDONI, S.Pd

Kegiatan produksi rekaman Hadroh tersebut dilaksanakan pada Kamis, 14 Maret 2024, bertempat di Gedung TVRI Bandar Lampung, dimulai pukul 08.00 WIB hingga selesai.

Surat tugas ini disampaikan kepada para yang bersangkutan untuk segera dilaksanakan. Dengan demikian, diharapkan kegiatan ini dapat berjalan lancar dan menghasilkan rekaman Hadroh yang berkualitas, memperkuat ikatan keagamaan siswa serta memberikan kontribusi positif dalam suasana Ramadan di MTsN 1 Bandar Lampung.

Kegiatan produksi rekaman Hadroh ini dalam rangka mengiringi acara Gebyar Ramadan, “Dai Cilik” Hadroh, sebuah kesenian dalam Islam yang diiringi dengan rebana dan syair-syair pujian terhadap Nabi Muhammad SAW, memiliki akar historis yang dalam dalam sejarah Islam.

Kata “Hadrah” berasal dari bahasa Arab, yang berarti “hadir” atau “kehadiran”. Ada pandangan yang menyatakan bahwa istilah ini berasal dari nama wilayah bernama Hadramaut, sementara lainnya menyebutkan asal usulnya dari negeri Parsi. Keseluruhan, kesenian Hadrah tidak hanya sebagai seni semata, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam bagi umat Islam.

Sejarah Hadrah mencatat bahwa kesenian ini digunakan oleh kaum Anshar untuk menyambut kedatangan Nabi setelah hijrah dari Makkah. Syair yang dilantunkan berupa shalawat “Thala’al Badru” sebagai ungkapan kebahagiaan atas kedatangan Nabi. Dalam perkembangannya, Hadrah tidak hanya menjadi sarana seni semata, tetapi juga media khotbah, wirid, dan pembacaan Qur’an.

Kesenian Hadrah juga telah mengalami evolusi dalam hal alat musik yang digunakan. Dari yang awalnya sederhana, kini Hadrah sering diiringi oleh tamborin, gendang yang dipukul oleh lima orang atau lebih, serta dilengkapi dengan penyanyi dan penari. Hal ini menunjukkan adaptasi serta pengembangan kesenian tersebut sesuai dengan perkembangan zaman.